Diberdayakan oleh Blogger.
Meretas Jalan Masa Depan

Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah

Jumat, 07 Agustus 2009

BIsnis Referal, why not...?

Referal/afiliate merupakan sebuah metode cari dolar/rupiah tapa harus kelua duit. Modal anda cuma rajin ngenet aja dan lakukan promosi bisnis afiliate anda. Dengan menjadi marketing afiliasi/referal, anda bisa menambah penghasilan tambahan bahkan memungkinkan untuk menjadi sumber pencaharian utama.




Sekdar info, coba anda klik link-link referal berikut:

1. Bisnis internet paling banyak direkomendasikan:
http://formulabisnis.com/?id=roji

2. InvestasiBCA:
http://investasiBCA.com/?id=saeroji

3. bikin duit mengalir:
http://bikinduit.com/?ref=saeroji2009

4. DuitGratis:
http://komisiGRATIS.com/?id=minibisnis

5. Bikin web mudah:
http://indowebmaker.com/siroj



Selamat menjadi pengusaha online. Buka wawasan anda, segera gabung dengan mereka yang telah sukses.



Jadi pengusaha...? tak selamanya harus pake modal besar...

Read more...

Rabu, 15 Juli 2009

INVESTASIBCA, mau.. cuma 10 ribu


Indah memang....... bila yang anda impikan saat ini, tercapai semuanya. Tapi mungkinkah itu.....?
Bila anda tipe optimistis, tentu semua itu harus tercapai. namun bila anda masuk dalam klasifikasi pesimisme.... ya... lebih baik jangan mimpi.

terlepas dari semua yang muncul, sebetulnya banyak cara menuju kebebasan finansial. Saat ini komputer bukan hanya buat ngetik doang...(emangnya..mesin tik). Saat ini komputer yang anda pakai bisa menghasilkan duit. APalagi bila anda sudah berkemampuan koneks langsung internet dari kamar tidur. mimpi anda semakin dekat akan tercapai.

saya hanya ada tiga pilihan sebetulnya...? bukan nngajak, bukan pula ngasih pelajaran. Cuma sekedar berbagi, barangkali anda mau mencobanya.... kan lumayan buat nutupin resiko dapur.

BIla anda perokok...apa arti uang 10 ribu. bila anda hobi jajan baso... apa arti uang 10 ribu. Namun percayakah anda bila dengan modal 10 ribu saja anda bisa hasilkan ratusan juta. Caranya... yang klik di SINI investasiBCA.

BIla orang lain sudah banyak yang menikmati kenapa anda terus saja diam. INgat kawan lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. atau memang anda tak mau peduli akan masa depan keuangan anda....?

ya... itu keputusan anda, cuma saja menurut saya lebih anda mencoba. ya... cuma 10 ribu doang. Itung2 beli rokok sebungkus atau jajan baso berdua di kampus.

buat anda yang masih mahasiswa, ini peluang besar. jangan disia-siakan. ok kawan klik saja INVESTASIBCA. jadilah anda seorang pengusaha.

Read more...

Jumat, 03 Juli 2009

InvestasiBCA...Bikin Anda Kaya, cuma 20 ribu

Sebuah terobosan baru, sekaligus menambah peluang setiap orang mendapatkan income, disaat masyarakat di sekitar kita banyak yang kesulitan ekonomi. Kepedulian anda, dalam mengembangkan bisnis ini bisa membantu mereka. Bahkan anda, bisa menjadi donatur organisasi anda.

Selamat datang di InvestasiBCA.com

Program investasiBCA.com adalah sebuah program jasa pemasangan iklan baris sekaligus investasi dengan nilai investasi yang sangat murah sehingga terjangkau untuk semua lapisan masyarakat.

Program ini ditujukan bagi siapa saja yang saat ini membutuhkan bantuan dana untuk keperluan yang positif seperti :

  • Investasi membuka / mengembangkan usaha
  • Melunasi hutang
  • Biaya sekolah atau kuliah
  • Kegiatan sosial, termasuk LSM
  • Biaya pengobatan
  • Penghasilan pasif income yang tak terbatas

Program ini juga sangat cocok bagi anda pebisnis yang mencari sarana promosi dengan biaya yang sangat murah dan berpeluang tampil ratusan hingga ribuan kali dengan trafict ribuan pengunjung per hari.

Dalam program ini tersedia dana dengan jumlah tak terbatas yang berasal dari ribuan sumber sehingga memungkinan bagi siapa saja untuk mendaftar dan berpeluang mendapatkan dana hibah, tanpa syarat!.

Program ini merupakan program yang mengutamakan kebersamaan dan kejujuran.

Konsep dasar dari program ini adalah bagaimana caranya supaya setiap orang, baik yang kuat secara finansial maupun yang lemah kemampuan finansialnya bisa memperoleh fasilitas pendanaan tak terbatas, tanpa syarat, tanpa bunga, dan tanpa perlu mengembalikan, namun dengan investasi yang sangat minim.

Dengan harapan, Program ini bisa/mampu memberdayakan masyarakat ekonomi lemah dan sektor industri menengah ke bawah agar terbebas dari masalah permodalan yang selama ini menjadi kendala mereka.

Ayo tunggu apa lagi ? Gabung sekarang juga ! di sini

Read more...

Senin, 22 Juni 2009

Masyarakat Pertanyakan Kinerja BPN Pandeglang

Sertifikat Reforma Agraria Lelet,

Program Reforma Agraria di Pandeglang, yang didanai dari ADB loan tahun 2008 dipertanyakan masyarakat. Pasalnya, kegiatan yang diinformasikan selesai November 2008 ini, hingga kini belum kelar. Padahal, masyarakat sendiri telah melengkapi persyaratan yang dibutuhkan oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional).

Menurut Kepala Desa Tarumanegara Rahmat, sertifikat program reforma agraria masih banyak yang belum diserahkan ke desa. Sedangkan semua persyaratan telah dipenuhi oleh masyarakat. “Kalaupun ada, tentunya berkas itu akan kembali ke desa untuk diperbaiki. Namun kenyataannya, belum ada suatu kejelasan tentang sertifikat, sehingga masyarakat hampir tiap hari mempertanyakannya ke desa,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Ketua BPD Banyuasih Subroto yang didampingi Camat Cigeulis Agus Riyanto, S. Sos di kantor Kecamatan Cigeulis mengatakan, Desa Banyuasih mendapatkan program reforma agrarian sebanyak 491 buku. Namun semuanya belum selesai, sedangkan untuk persyaratan administrasi sampai biaya BPHTB sebagian telah selesai.

“Kenyataan yang telah dijanjikan belum juga turun. Padahal, Desa Banyuasih rencananya akan membuat pengembangan reforma ini dengan kegiatan revitalisasi. Karena sertifikat tersebut sebagai peryaratan belum juga tiba dan akhirnya program itu tidak jadi,” terangnya.

Camat Kecamatan Cigeulis Agus Riyanto, S. Sos mengatakan, program reforma agraria sangat membantu masyarakat, dan pemerintah kecamatan. “Bagi kita mempermudah dan memperjelas administrasi pertanahan yang ada di kecamatan. Sementara, untuk masayarakat selain mempunyai surat sah tentang kepemilikan tanah, sertifikat dapat dijadikan modal untuk usaha,” terangnya.

Berkait dengan keterlambatan BPN, Agus menyatakan, seharusnya pihak BPN memberikan kabar yang kurat kepada masyarakat. Sehingga kalau ada kekurangan bisa ditindaklanjuti oleh panitia dan pemerintah desa.

“BPN seharusnya memberikan kabar untuk ditindak lanjuti oleh panitia dan kepala desa. Bila tersangkut masalah BPHTB, seharusnya BPN menurunkan saja yang telah lunas. Sehingga masyarakat yang terkena BPHTB akan segera melunasinya. kalau semua menunggu, sampai kapan sertifikat itu akan jadi,” pungkasnya (Sofyan_banten ekspose)

Read more...

Sabtu, 20 Juni 2009

Ekora, Keberpihakan Sebatas Wacana?

Ada apa dengan ekonomi kerakyatan (ekora)? Kenapa semua Capres menjual isu ini dalam agenda perbaikan ekonomi rakyat bawah? Padahal dalam prakteknya, yang sudah-sudah, jauh panggang dari api. Para ‘penguasa’ selalu bilang pemberdayaan ekonomi rakyat, prakteknya justru tidak jarang menyingkirkan ekonomi rakyat.

Hari itu, seolah menjadi hari yang apes bagi Soleman (bukan nama sebenarnya, red). Betapa, setiap hari ia menggantungkan nasib dapurnya dengan berjualan kaki lima disebuah kawasan perdagangan di Banten. Semuanya berjalan seperti biasa, tak ada masalah. Malah, bila ada ‘petugas retribusi kebersihan dan keamanan, ia pun tidak banyak omong. “ya….., kan itu juga untuk kepentingan kita”, begitulah pikir Soleman sebelumnya.

Entah mimpi apa, saat itu pagi menjelang siang, sekira pukul 10.00, dagangan Soleman harus segera dikemas. Padahal, baru saja ia menggelar dagangannya. Kalau tidak, tahu sendiri, lapak dagangannya bakal ‘diamankan’ petugas.

“Ya…. Begitulah kang, nasib kami para pedagang kecil,” ungkap Soleman, saat ngobrol lepas di kiosnya, yang sangat jauh dari ukuran kelayakan usaha, orang-orang yang selalu bankisme.

Sendiriankah Soleman? Tidak. Banyak sekali semacam sosok Soleman, yang jungkir balik mengejar nafkah, walaupun terkadang kucing-kucingan dengan petugas. Mereka ada di seluruh wilayah Banten. Ironisnya, saat mereka memulai usaha, aparat pemerintah yang berwenang mengatur ‘zonasi’ usaha, bersikap biasa-biasa saja. Tapi, setelah mereka merasa tentram berjualan dan bisa menghidupi anak istrinya, tidak jarang digusur. Katanya, demi kebersihan dan keindahan kota.

Sedikit saja kita mau menelusur. Setiap pemerintah daerah (kabupaten/kota) di Banten, akan merenovasi --bahkan ada yang merelokasi sebuah pasar, yang terkorbankan adalah pedagang-pedagang kecil, yang bermodal cekak dan sangat tidak hapal dengan perbankan. Lantas kebijakan seperti apa, yang akan diberlakukan dan harus dipatuhi oleh para pelaku ekonomi kecil (baca: kerakyatan)?

Mereka para pelaku ekonomi kecil yang tersingkirkan itu, umumnya minim akses dengan kalangan pengambil kebijakan. Baik dalam lingkup pemerintahan daerah maupun posisi tawar dengan ‘kelompok’ pengembang.

“Ini bukan nasib. Tapi sebuah bukti, masih belum berpihaknya kebijakan pemerintah terhadap pelaku usaha kecil,” ungkap Johari, aktifis Parlemen Pemuda Indonesia.

Dalam tulisannya, Mardiyatmo Hutomo, menyatakan bahwa rumusan konstitusi kita yang menyangkut tata ekonomi yang seharusnya dibangun, belum cukup jelas sehingga tidak mudah untuk dijabarkan bahkan dapat diinterpretasikan bermacam-macam (semacam ekonomi bandul jam, tergantung siapa keyakinan ideologi pengusanya). Tetapi dari analisis historis sebenarnya makna atau ruhnya cukup jelas.

Ruh tata ekonomi usaha bersama yang berasas kekeluargaan, ujar Staf Ahli pada Proyek Pengembangan Prasarana Perdesaan di Bappenas itu, adalah tata ekonomi yang memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat untuk berpartisiasi sebagai pelaku ekonomi. Tata ekonomi yang seharusnya dibangun adalah bukan tata ekonomi yang monopoli atau monopsoni atau oligopoli. Tata ekonomi yang dituntut konstitusi adalah tata ekonomi yang memberi peluang kepada seluruh rakyat atau warga negara untuk memiliki aset dalam ekonomi nasional.

Tata ekonomi nasional adalah tata ekonomi yang membedakan secara tegas barang dan jasa mana yang harus diproduksi oleh pemerintah dan barang dan jasa mana yang harus diproduksi oleh sektor private atau sektor non pemerintah. Mengenai bentuk kelembagaan ekonomi, walaupun dalam penjelasan pasal 33 dinterpretasikan sebagai bentuk koperasi, tetapi tentu harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan

Mana Wilayah Rakyat?
Sudah jatuh tertimpa tangga. Ungkapan ini, layak pula disandang kaum pedagang dan pelaku ekonomi kecil, yang bermodal pas-pasan. Betapa, mereka banyak yang sudah tersingkir, kini harus berhadapan dengan kekuatan kelompok pelaku ekonomi kakap, yang sama-sama bertarung di pangsa pasar, yang sepantasnya garapan kelompok ekonomi kecil.

Tak percaya? Coba tengok deretan rak-rak di minimarket dan supermarket. Bedakah yang mereka jual, dengan yang dijual kelompok pedagang kecil di pasar-pasar tradisional, warung-warung kecil atau kaki lima. Nyaris sama. “Inilah sebetulnya yang menjadi pemicu persaingan yang tidak seimbang. Seharusnya, pemerintah daerah lebih memikirkan ekonomi rakyat kecil,” ungkap Gili, Pegiat Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) Serang.

Ketidakseimbangan dan merasa diperlakukan tidak adil, ini pula yang memicu kelompok-kelompok pedagang kecil mengorganisir diri. Bahkan, beberapa waktu lalu mereka sempat melakukan aksi-aksi jalanan. Karena saluran aspirasi mereka di lembaga parlemen daerah tersumbat. Sayangnya, organisasi-organisasi pedagang kecil ini, akhirnya banyak melahirkan petualang-petualang, dan bergerak untuk kepentingan sendiri dengan mengatasnamakan kelompok pedagang kecil.

“Itu hanya sebuah ekses saja. Intinya bukan disitu, pemerintah daerah dan kalangan wakil rakyat, harus cepat tanggap. Keputusan yang diambil, jangan mengacu pada keinginan penguasa tapi harus bermuara pada kebutuhan riil masyarakat kecil,” kilah Gili.

Menyikapi persoalan ini, lanjut Gili, memang harus bijak. Kuncinya ada di kalangan pemutus kebijakan. Celakanya, tidak jarang kebijakan yang diambil cenderung merugikan kelompok pelaku ekonomi kecil, dengan dalih untuk kemajuan daerah dan menambah pendapatan.

Menyoal ekonomi kerakyatan, tentu saja bukan sebatas pada kelompok para pedagang kecil dan mikro. Termasuk juga, mereka kelompok petani penggarap, buruh tani dan kelompok-kelompok warga miskin, yang hidup di sekitar hutan. Bahkan, kelompok yang terkahir ini, tidak jarang diklasifikasikan sebagai kelompok perambah hutan.

Ironisnya lagi, ketika mereka melakukan penambangan di wilayah hutan atau mereka yang buka lahan, selalu dipersalahkan. Betulkah demikian? Sementara, kelompok hilir –yang umumnya masuk kategori pelaku ekonomi menengah dan atas, tidak dipersalahkan. “Padahal, merekalah yang menikmati nilai lebihnya. Kalau yang disebut kecil-kecil itu, kan tenaganya doang, hasilnya mah sedikit,” ujar Arif aktivis LSM Pusaka Banten.

Jelas sudah, pemihakan terhadap wilayah ekonomi rakyat, baik pedagang kecil, petani penggarap dan buruh tani, maupun mereka yang selalu dianggap merambah hutan dan selalu dipersalahkan merusak lingkungan, masih kurang. Berharap pada mereka yang duduk di lembaga legislatif, sah-sah saja. Pun demikian, berharap dengan kepentingan eksekutif di pemerintahan daerah.

Ekonomi kerakyatan adalah watak atau tatanan ekonomi rakyat, sama halnya dengan ekonomi kapitalis liberal atau ekonomi sosialis komunis, adalah watak atau tatanan ekonomi. Ekonomi kerakyatan adalah watak atau tatanan ekonomi dimana, pemilikan aset ekonomi harus didistribusikan kepada sebanyak-banyaknya warga negara. Pendistribusian aset ekonomi kepada sebanyak-banyaknya warga negara yang akan menjamin pendistribusian barang dan jasa kepada sebanyak-banyaknya warga negara secara adil. Dalam pemilikan aset ekonomi yang tidak adil dan merata, maka pasar akan selalu mengalami kegagalan, tidak akan dapat dicapai efisiensi yang optimal (Pareto efficiency) dalam perekonomian, dan tidak ada invisible hand yang dapat mengatur keadilan dan kesejahteraan.

Berubahkah nasib ekora, ketika republik ini punya pemimpin baru? Wait and see. Mungkin itulah jawaban sementara. (S.age_BE)

Read more...

Rabu, 10 Juni 2009

Pembuatan Irigasi Kali Cipinggan Disambut Warga

Warga Desa Tamanjaya Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak menyambut gembira dengan dibangunnya irigasi kali Cipinggan. Pasalnya, pembangunan irigasi tersebut telah lama dinanti warga desa. Pembangunan irigasi kali Cipinggan yang kini sedang dikerjakan, nantinya akan berdampak baik akan kelangsungan hidup para petani di Desa Tamanjaya.

Ramli (55) tokoh masyarakat Desa Tamanjaya, belum lama ini mengatakan, pembangunan irigasi kali Cipinggan tersebut merupakan dambaan para warga petani Desa Tamanjaya. Untuk itu, segenap petani Desa Tamanjaya sangat berterimakasih kepada pemerintah yang telah memperhatikan dan peduli akan kebutuhan para petani.

Masih dikatakan Ramli, apabila pembangunan irigasi kali Cipinggan telah selesai dikerjakan, maka akan berfungsi mengaliri areal persawahan seluas 150 hektare yang tersebar di 6 Blok areal persawahan, diantaranya areal persawahan di Blok Cikemplong, Leuwi Urug, Kadu Kasep, Cikaracak, Nangka Geuhgeur dan Blok Taman. Kemudian, lanjut Ramli, akan dapat pula meningkatkan hasil produktifitas hasil panen padi milik petani.

“Apabila pembangunan irigasi kali Cipinggan selesai dikerjakan dan dapat berfungsi mengaliri areal persawahan, kami yakin, hasil panen padi petani akan mengalami peningkatan,” kata Ramli yang juga seorang petani, kepada Banten Ekspose.

Terpisah, Kepala Desa Tamanjaya, Eeng Sutisna saat ditemui Banten Ekspose di kediamannya mengatakan, pihaknya mengucapkan terimakasih kepada Pemkab Lebak atas dilaksanakannya pembangunan irigasi di desanya. Menurutnya, pembangunan irigasi tersebut banyak manfaat yang akan diambil oleh warga desa khususnya para petani di Desa Tamanjaya.

Dikatakan Eeng, walaupun kegiatan pembangunan irigasi tersebut dikerjakan oleh pihak ketiga (rekanan –red) namun, dalam pantauan pihaknya pelaksanaan dilapangan sangat bagus dan baik sesuai RAB. Terlebih lagi, kata Eeng, pihak rekanan tersebut dapat diajak kerjasama dengan merekrut sebanyak 35 warga desa untuk dijadikan pekerja pada proyek pembangunan irigasi tersebut.

“Alhamdulillah, pantauan kami dilapangan, kegiatan pembangunan irigasi tersebut berjalan dengan baik, lancar dan sesuai harapan. Hal itu, dikarenakan para tenaga kerjanya seluruhnya diambil dari warga desa Tamanjaya,” kata Eeng.

Dalam pembangunan irigasi kali Cipinggan tersebut, lanjut Eeng lagi, memiliki volume panjang irigasi 1 kilometer, yang nantinya akan mengaliri luas areal persawahan 150 hektare yang terdapat di 6 Blok areal persawahan di Desa Tamanjaya. Namun, pihaknya sangat berharap sekali kepada pemerintah untuk dapat menambah volume panjang irigasi sekitar 1,5 kilometer lagi, guna memaksimalkan kebutuhan petani akan air agar dapat mengaliri persawahannya dalam rangka meningkatkan produktifitas hasil panen padi yang tersebar di 6 Blok tersebut.

“Dengan tidak mengurangi rasa terimakasih kami kepada pemerintah. Dengan maksud memaksimalkan fungsi air agar dapat mengaliri areal persawahan dan meningkatkan produktifitas panen padi petani. Untuk itu kami memohon agar pemerintah dalam hal ini untuk dapat memperpanjang volume irigasi dengan menambah 1,5 kilometer lagi. Kami yakin apabila keinginan kami itu dapat terealisasi, maka Desa Tamanjaya akan menjadi lumbung padi di Kecamatan Cikulur,” kata Eeng. (Sudrajat)

Read more...

Dua Kecamatan Di Kabupaten Lebak Dapat Program Ajudikasi

Pada tahun 2009 ini, dua kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mendapatkan program Ajudikasi (pembuatan sertifikat massal –red). Dua kecamatan tersebut diantaranya, Kecamatan Cikulur, sebanyak 10 desa dan Kecamatan Cimarga, sebanyak 10 desa.

Untuk di Kecamatan Cikulur, 10 desa diantaranya, Desa Sukaharja, Parage, Sukadaya, Sumurbandung, Cigoong Utara, Cigoong Selatan, Curugpanjang, Tamanjaya, Muncangkopong dan Desa Muaradua. Masing-masing desa mendapat sebanyak 500 sertifikat.

Kasubag TU BPN Kabupaten Lebak, H. Kurnaedi saat ditemui diruang kerjanya belum lama ini mengatakan, berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 pasal 19 dan PP 24 tahun 1997, yang pelaksanaannya diatur dalam Permenag No. 397.

Dijelaskan, Program Ajudikasi merupakan, kegiatan dan proses dalam rangka pendaftaran yang pertama kali berupa pengumpulan dan penetapan data fisik dan data yuridis mengenai sebidang atau lebih untuk keperluan pendaftarannya.

“Dan ini, merupakan sistematik, artinya, kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah suatu desa/kelurahan yang biayanya ditanggung pemerintah,” kata H. Kurnaedi.

Lebih lanjut, H. Kurnaedi menjelaskan, program ajudikasi ini tidak dipungut biaya (gratis –red), hanya yang harus dipenuhi oleh warga (pemohon) hanya materai sebanyak kurang lebih 7 buah berikut patok dan itu semua bisa di musyawarahkan di desa, terkait Peraturan desa (Perdes).

Luar dari itu, lanjut H. Kurnaedi, tidak boleh ada pungutan, termasuk Kepala desa (Kades) dan Sekretaris desa (Sekdes), karena Kades dan Sekdes termasuk panitia dalam pelaksanaanya.

“Bila kenyataannya ada yang memungut diluar aturan, itu namanya oknum dan nantinya bisa berurusan dengan pihak yang berwajib, bila ada yang melapor,” katanya. (Holik_BE)

Read more...

Selasa, 09 Juni 2009

Jalan Raya Sampay – Cileles “Bopeng”

Pemerintah Diminta Segera Tangani

Kondisi Jalan Raya Sampay – Cileles, kini kondisinya kian parah. Pasalnya disepanjang jalan tersebut kondisi fisiknya tidak mulus, banyak terdapat lubang-lubang bagaikan bopeng di wajah. Kondisi jalan yang rusak tersebut, sangat dikeluhkan sekali para pengguna jalan dan tak sedikit terjadi kecelakaan di jalan.

Holik (22) warga Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur yang bermata pencaharian supir angkot kepada Banten Ekspose mengatakan, dirinya dan teman-teman semata pencaharian merasa kurang nyaman ketika melalui jalan tersebut. Hal itu dikarenakan, kondisi fisik jalan yang kurang layak digunakan, banyak terdapat lubang-lubang kecil dan besar yang sangat menggangu laju kendaraan yang terkadang pula dapat merusak kendaraan.

“Jelas, dengan kondisi jalan yang berlubang, kami merasa terganggu dan tidak nyaman berkendaraan, hal itu dapat mengakibatkan kerusakan pada kendaraan kami,” katanya.

Masih menurut Holik, pemerintah terkesan kurang peduli dan acuh tak acuh menanggapi kondisi jalan rusak tersebut. Hal itu terlihat dari lambatnya penanganan perbaikan jalan tersebut. Padahal, lanjut holik, dipinggir sepanjang jalan tersebut, kurang lebih dua bulan yang lalu sudah terdapat tumpukan-tumpukan batu kerikil (split), namun hingga kini belum ada aktivitas perbaikan atau penambalan lubang-lubang di jalan tersebut.

“Saya merasa aneh, kurang lebih dua bulan yang lalu, tumpukan batu kerikil (split –red) itu ada, kok dibiarkan menumpuk begitu aja dipinggir-pinggir jalan yang rusak. Amat disayangkan…,” tutur Holik.

Hal senada diungkapkan, Asep (40) warga Desa Gumuruh Kecamatan Cileles, menurutnya, akibat lambatnya tindakan perbaikan jalan yang rusak oleh pemerintah, sehingga sering dimanfaatkan oleh sekelompok anak muda untuk menutupi lubang-lubang pada jalan yan rusak dengan menggunakan batu kerikil bercampur tanah merah sambil meminta sumbangan kepada para pengguna jalan. Amatlah disayangkan, karena menurut Asep, apabila hujan turun jalan tersebut akan sangat kotor dan licin karena adanya tanah merah yang digunakan untuk menutupi pada lubang-lubang jalan tersebut.

“Tindakan yang dilakukan sekelompok anak muda tersebut agak sedikit mengganggu keamanan dan kenyamanan bagi si pengguna jalan. Bila hujan turun, kondisi jalan tersebut akan kotor, licin dan rawan kecelakaan,” kata Asep.

Baik Holik maupun Asep, meminta kepada pemerintah untuk segera memperbaiki kondisi jalan yang rusak dan berlubang, agar para pengguna jalan dapat merasa aman dan nyaman dalam berkendaraan.

Sementara itu, Kabid pemeliharaan jalan dan jembatan pada Dinas Bina Marga Kabupaten Lebak, Maman SP, sampai saat ini belum bisa dimintai komentarnya. Pasalnya, ketika Banten Ekspose hendak mengkonfirmasi hal tersebut, pihaknya sedang tidak ada di kantor.
“Maaf, pak Maman nya lagi keluar, sedang rapat paripurna di gedung dewan. Lain waktu aja pak, kesini lagi,” ujar salah satu stafnya.

Menurut sumber Banten Ekspose, bahwa kondisi Jalan Raya Sampay – Cileles merupakan tanggung jawab Pemprov Banten. Baik dalam pembangunan maupun pemeliharaannya menggunakan anggaran APBD Provinsi Banten.

Sering Terjadi Kecelakaan
Sementara itu, sejumlah warga dan pengguna jalan meminta kepada pemerintah, agar lebih serius memperhatikan jalan Raya Ciminyak, Muncang – Sobang. Pasalnya jalan raya yang memiliki panjang 27 kilometer dan lebar 3 meter tersebut, beresiko tinggi akan kecelakaan lalu lintas. Hal itu, dikatakan Sekretaris Camat (Sekmat) Kecamatan Sobang, H. Mukri Hidayat pada Banten Ekspose belum lama ini.

Dikatakannya, kondisi Jalan Raya tersebut memiliki banyak tikungan tajam yang pinggir-pigirnya jurang, sehinggga sangat rawan akan kecelakaan kendaraan. Belum lama ini, lanjutnya terjadi kecelakaan mobil truk Hino yang mengakibatkan 2 orang tewas dan yang lainnya luka-luka.

“Karena kondisi jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam, sehingga sangat rawan akan kecelakaan. Dan baru-baru ini 2 orang meninggal akibat kecelakaan mobil truk Hino masuk jurang,” katanya.

Guna menimimalisir kecelakaan, pihaknya pernah mengajukan permohonan ke dinas-dinas terkait agar disepanjang Jalan Raya Ciminyak, Muncang – Sobang dipasang rambu-rambu lalu lintas, pengamanan pagar lalu lintas karena banyak terdapat tikungan tajam dan jurang, di pasang Penerangan Jalan Umum (PJU) dan diperlukan pelebaran jalan.

“Kami mohon, pada dinas dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan akan keselamatan para pengguna jalan, agar tercipta rasa aman dan nyaman dalam berkendaraan,” katanya. (Sudrajat, Holik)

Read more...

Senin, 08 Juni 2009

MTs Ar Ribathiyah Kekurangan Kelas, Lapor Depag Belum Dijawab

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ar–Ribathiyah yang berlokasi di Desa Curugpanjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, saat ini sangat membutuhkan Ruang Kelas Baru (RKB). Pasalnya, jumlah ruang kelas yang ada tidak sesuai dengan jumlah siswa. Saat ini jumlah siswa yang tercatat di MTs Ar-Ribathiyah sebanyak 287 siswa, jumlah ruang kelas sebanyak 3 ruang dan rombongan belajar (rombel) sebanyak 7 rombel.

“Kami sangat kekurangan RKB, untuk ruang kelas, idealnya harus sesuai dengan jumlah rombel. Sehingga sesuai data yang ada, jelas kami sangat kekurangan 4 ruang kelas,” kata Kepala MTs Ar-Ribathiyah, Nasrudin saat ditemui Banten Ekspose diruang kerjanya belum lama ini.

Langkah upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, lanjut Nasrudin, pihaknya telah beberapa kali mengajukan permohonan (proposal-red) kepada pemerintah. Permohonan tersebut disampaikan, baik melalui Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kabupaten Lebak, Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag) Provinsi Banten bahkan hingga ke Departemen Agama di Jakarta. Namun, hingga kini, lanjut Nasrudin, permohonan tersebut belum ada realisasinya.

“Permohonan tersebut telah kami sampaikan ke Depag Kebupaten Lebak, Kanwil Depag Provinsi Banten hingga ke Kantor Depatemen Agama Pusat. Tapi hingga kini kami belum mendapat jawabannya,” jelas Nasrudin.

Ditambahkan Nasrudin, dengan jumlah siswa sebanyak 287 orang dan 3 ruang kelas, dapat dibayangkan betapa sulitnya mengatur kegiatan belajar mengajar (KBM). Akibat dari kekurangan kelas tersebut, berdampak pada menurunnya semangat belajar siswa yang pada akhirnya prestasi siswa pun mengalami penurunan.

“Kami dapat merasakan dan menilai, akibat kekurangan kelas tersebut, berdampak pada KBM tidak efektif, semangat belajar siswa menurun dan prestasi siswa juga menurun,” kata Nasrudin.

Untuk itu, pihaknya berharap kepada pemerintah untuk segera merealisasikan permohonan untuk menambah RKB di lingkungan MTs Ar-Ribathiyah, agar apa yang dicita-citakan oleh bangsa dan Negara dalam upaya mencerdaskan anak bangsa dan meningkatkan mutu pendidikan dapat terwujud sesuai harapan.

Terpisah, Kepala Desa Curugpanjang, Oji Fakhroji saat dimintai komentarnya, mengatakan sebagian besar siswa di sekolah tersebut berasal dari Desa Curugpanjang. Oleh karena itu, pihaknya sering menerima keluhan baik dari warga desa (orang tua siswa) maupun pihak sekolah terkait kondisi MTs Ar-Ribathiyah yang sangat kekurangan ruang kelas. Untuk itu, pihaknya sangat berharap kepada pemerintah untuk segera mengabulkan permohonan MTs Ar-Ribathiyah, agar dalam upaya mencerdaskan anak didiknya dapat berjalan optimal dan meraih prestasi yang dapat dibanggakan.

“Memang saya sering menerima keluhan (curhat-red) baik dari para orang tua siswa maupun pengelola MTs Ar-Ribathiyah, karena mereka itu, sebagian besar adalah warga saya. Untuk itu saya selaku Kepala Desa Curugpanjang sangat berharap kepada pemerintah untuk segeranya mengabulkan permohonan tersebut menjadi kenyataan. Agar KBM di MTs Ar-Ribathiyah dapat berjalan optimal dan dapat menjadikan anak didiknya berpretasi,” kata Oji pada Banten Ekspose dikediamannya.(RA.Sudrajat)

Read more...

Kamis, 04 Juni 2009

Kontingen O2SN Cikulur Raih Medali Emas

Kontingen Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional (O2SN) Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, baru-baru ini telah mengukir sejarah baru dalam bidang olahraga dengan meraih medali Emas pada cabang olahraga Tenis Meja Putra, tingkat SD pada kegiatan O2SN tingkat Provinsi Banten tahun 2009. Hal itu dikatakan Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Cikulur, Ohim S.Pd pada Banten Ekspose diruang kerjanya (4/6).

Dikatakan Ohim, medali emas tersebut diraih oleh Ricky Zulkarnaen yang merupakan siswa SD Cigoong Utara, Kecamatan Cikulur yang pada saat itu, ikut serta dalam Kontingen Kabupaten Lebak pada acara O2SN tingkat Provinsi Banten tahun 2009 cabang olahraga Tenis Meja Putra tingkat SD. Ricky Zulkarnaen, lanjut Ohim, pada saat O2SN tingkat Kabupaten Lebak tahun 2009 juga meraih medali emas pada cabang olahraga yang sama, sehingga secara otomatis mewakili Kabupaten Lebak ke tingkat Provinsi Banten.

“Pada saat O2SN tingkat Kabupaten Lebak 2009, medali emas pada cabang Tenis Meja Putra tingkat SD diraih Ricky Zulkarnaen asal kontingen Kecamatan Cikulur. Untuk itu, Ricky mewakili Kabupaten Lebak ke tingkat Provinsi dan Alhamdulillah, medali emas pun di raih,” kata Ohim.Prestasi emas yang telah diukir Ricky Zulkarnaen, kata Ohim lagi, diharapkan mampu dijadikan cermin bagi rekan-rekan atau teman-teman di sekolahnya untuk termotivasi agar kedepan lebih dapat berkembangan dengan baik.

“Ricky Zulkarnaen telah mengukir sejarah baru (besar –red) dengan mempersembahkan medali emas bagi kita. Prestasi emas tersebut merupakan hasil dari kerja keras dan berlatih secara serius. Untuk itu, apa yang telah di persembahkan oleh Ricky, patut kita hargai dan hormati, karena telah membawa harum nama Kecamatan Cikulur, pada khususnya dan Kabupaten Lebak pada umumnya,” ucap Ohim.

Terpisah, Penilik PLS pada UPT Pendidikan Kecamatan Cikulur, Juli S.Pd memohon pada pemerintah, bagi putra daerah atau siswa yang mempunyai prestasi agar diberikan penghargaan seperti, bea siswa dan terus melakukan pembinaan yang bersifat bersinambungan sehingga para siswa dapat lebih termotivasi meningkatkan prestasinya.

“Kami mohon, pemerintah lebih serius dengan memberikan penghargaan bagi siswa yang meraih prestasi, seperti bea siswa dan melakukan pembinaan yang konkrit dirasakan, hal itu dimaksudkan agar para siswa lebih termotivasi dalam meningkatkan prestasinya,” kata Juli pada Banten Ekspose saat ditemui diruang kerjanya (4/6). (RA. Sudrajat_BE)

Read more...

Kec. Panggarangan Genjot Pembangunan Infrastruktur

Masyarakat Kecamatan Panggarangan rasanya patut bersyukur, pasalnya, tahun ini Kecamatan yang berada di Wilayah Lebak selatan (Baksel) ini mendapatkan alokasi anggaran yang cukup pantastis yakni sebesar Rp. 9,9 milyar.

Tentunya, Pemerintah berharap kucuran dana tersebut mampu mendorong upaya percepatan pembangunan disegala bidang.

"Allhamdulilah, untuk TA 2009 Kecamatan Cihara mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.9,9 milyar yang diprioritaskan untuk pembangunan Infrastruktur," kata Camat Panggarangan Eka Darmana.P kepada Banten Ekspose baru-baru ini.

Alokasi dana tersebut lanjutnya, diprioritaskan untuk pembangunan sarana insfratruktur. Mengingat, sarana Infrastruktur di Kecamatan Panggarangan masih minim serta masih banyak sejumlah sarana inspratruktur yang kondisinya memprihatinkian.

"Dari dana tersebut memang diprioritaskan untuk pembangunan jalan desa, karena memang kondisi jalan desa yang ada di Kecamatan Panggarangan kondisinya masih banyak yang memprihatinkan," ujarnya.

Saat ini lanjutnya, sejumlah pembangunan sudah mulai action seperti rehab sarana kesehatan (puskesmas, Red), rehab SD, dan pembangunan jalan desa.

"Mudah-mudahan saja, dengan suntikan dana tersebut mampu mempercepat laju pembangunan serta ekonomi sehingga Kecamatan Panggarangan bisa setara dengan Kecamatan lain yang lebih dulu maju," tandasnya.


Selain menggenjot pembangunan dibidang Infrastruktur lanjut Eka, pihaknya juga saat ini sedang gencar melakukan pembangunan baik fisik maupun mental. Sebab, jika tidak diimbangi dengan pembangunan fisik dan mental pembangunan tidak akan seimbang.
"Masa iya, Infrastruktur sudah oke tetapi fisikis dan mentalnya tidak kita bangun," tukasnya.(Yudha_BE)

Read more...

Biaya Pembuatan Website Sekolah Dinilai Mahal

Kepsek di Lebak Merasa Keberatan

Dinas Pendidikan Provinsi Banten bekerjasama dengan PT. Telkom dan Jaringan Informasi Pendidikan Provinsi Banten (JIP–B) yang direncanakan pada tahun ini akan membuatkan website pada tiap-tiap sekolah se-Provinsi Banten. Program pembuatan website sekolah tersebut akan dilaksanakan oleh Jaringan Informasi Pendidikan Provinsi Banten (JIP–B) sebagai lembaga resmi pembuat website sekolah se Provinsi Banten.

Namun, dalam hal ini sejumlah kepala sekolah di Kabupaten Lebak, merasa keberatan akan biaya yang ditawarkan pihak JIP–B dalam paket pengadaan pembuatan website sekolah yakni, sebesar Rp. 1.725.000,-.

Menurut para Kepala sekolah yang tidak mau disebutkan namanya pada Banten Ekspose mengatakan, pihaknya merasa keberatan akan biaya yang ditawarkan pihak JIP–B sebesar itu, apalagi anggaran biaya pembuatan website sekolah dialokasikan dari dana BOS tahun 2009 triwulan pertama. Selain itu, menurutnya, masih dibanyak sekolah yang belum memiliki komputer dan guru yang ahli dalam bidang IT dan itupun akan menjadi beban lagi bagi pihak sekolah.

“Dengan biaya Rp. 1.725.000,- sebenarnya kami keberatan akan program website sekolah, apalagi dibiayai dari dana BOS. Masih banyak hal-hal yang lebih penting dilakukan oleh sekolah dalam rangka mencerdaskan anak bangsa,” katanya.
Saran kami, lanjutnya, lebih baik program website sekolah sebaiknya diterapkan dulu di tingkat UPT saja. Sehingga nantinya UPT Pendidikan di tiap kecamatan memiliki website yang isi dari website tersebut adalah profil-profil sekolah yang ada diwilayah UPT Pendidikan yang bersangkutan.

Terkesan Bisnis Terpisah, Budi Setiawan seorang pemerhati IT di Kabupaten Lebak, pada Banten Ekspose saat dimintai komentarnya mengatakan, membuat website sekolah yang ditawarkan JIP–B sangat terlalu tinggi alias mahal dan hal itu, tidak akan menjamin bagi sekolah tersebut untuk menciptakan sebuah mutu pendidikan yang lebih baik. Kalau hanya sekedar memperluas informasi, menurut Budi sebaiknya menggunakan Blog yang dalam pembuatanya tidak ada biayanya.

“Biaya yang dikenakan ke sekolah telalu mahal. Kalau hanya ingin memperluas jaringan informasi gunakan saja Blog, tidak ada biaya dalam pembuatanya,” kata Budi.

Dalam hal ini, lanjut Budi, Dinas Pendidikan Provinsi Banten terkesan bisnis atau mencari keuntungan dengan bekerjasama dengan PT. Telkom dan JIP–B. Seharusnya, lanjut Budi lagi, program website sekolah tersebut tidak dikenakan biaya atau biayanya ditanggung Negara baik dari APBN atau APBD Provinsi Banten atau juga dari APBD Kabupaten Lebak dan bila hal itu dilakukan secara gatis, berarti suatu bukti keseriusan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi Banten.

Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Kabupaten Lebak, Ade Nurhikmat saat dikonfirmasi Banten Ekspose belum lama ini diruang kerjanya mengatakan, terkait program website sekolah, pihaknya mengakui belum ada petunjuk selanjutnya dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten, karena sepengetahuannya saat kini pihak PT. Telkom sedang memperluas jaringan.

“Saat ini belum ada petunjuk selanjutnya dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten terkait website sekolah dan PT. Telkom pun sedang memperluas jaringannya dulu,” katanya. (RA. Sudrajat_BE)

Read more...

Sabtu, 30 Mei 2009

Kurang Transparan, Anggota Poktan Soal Bantuan PUAP


Bantuan PUAP (Program Usaha Agrobisnis Pertanian) tahun 2008 senilai Rp 100 juta, yang digelontorkan ke sejumlah kelompok tani, sejatinya menjadikan kalangan petani lebih berdaya dan maksimal dalam usaha tani. Kebutuhan-kebutuhan kalangan petani pun, dengan sendirinya terbantu. Bahkan, petani pun dibiasakan belajar usaha pola kelompok. Lantas, bagaimana pelaksanaannya?

Menurut kalangan petani, yang tergabung dalam gabungan kelompok petani (gapoktan) Desa Panunggulan Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang, masih banyak kendala yang harus dibenahi. Mulai persoalan pemilihan Ketua Gapoktan, hingga persoalan transparansi kepada anggota. Konon, para anggotanya belum pernah diajak musyawarah, baik oleh ketua kelompok tani (Poktan) maupun ketua Gapoktan.

“Yang jelas, kami, para anggota belum menerima bantuan tersebut. Yang kami tahu, Ketua Gapoktan sekarang jualan pupuk dan obat-obatan pertanian di rumahnya,” ungkap salah seorang anggota Poktan, yang keberatan identitasnya disebutkan.

Peran Gapoktan sendiri, sudah jelas, sebagai ‘jembatan’ Poktan dalam pemenuhan segala kebutuhan petani, utamanya masalah pupuk dan obat-obatan pertanian, yang beberapa waktu lalu banyak dikeluhkan petani, karena langka.

“Saya baru tahu sekarang. Kalau tidak dikasih tahu bapak, saya gak bakal tahu,” timpal seorang anggota Poktan, yang ngakunya tidak tahu adanya kucuran dana pemerintah melalui Gapoktan di Desa Panunggulan Kec. Tunjungteja Kabupaten Serang.

Menurut sumber Poktan, anggota poktan mempunyai peran besar. Karenaya ketua Poktan dan Gapoktan, harus selalu mengedepankan musyawarah, kalau tujuannya untuk kepentingan petani yang tergabung dalam poktan. “dari awal pembentukan ketua Gapoktan saja sudah tidak benar dan bukan hasil rapat musyawarah para anggota. seharusnya ketua, sekertaris dan bendahara itu dipilih oleh para anggota sesuai dengan kesepakatan bersama,” ujar sumber itu dengan nada ketus.

Masih menurut sumber poktan, pembentukan Gapoktan dan pemilihan ketuanya terjadi secara tiba-tiba, tanpa ada proses musyawarah. “Proses terbentuk gapoktan dan pengurusnya satu kelurga. Bahkan ketua saja masih merangkap ketua kelompok tani, kalau mau memajukan pertanian di desa, 78 anggota dari 4 kelompok tani ini di ajak musyawarah,” ujarnya lagi.

Sementara itu, saat ditemui di kediamannya pekan lalu, Ketua Gapoktan Abdori, menyatakan, bantuan tersebut telah turun sejak tahun 2008 dan awal Januari 2009 kemarin pencairan terakhir.

Menurut Abdori, bantuan sebesar Rp 100 juta itu, digunakan untuk pinjaman kelompok peternak, usaha simpan pinjam kelompok II, usaha warungan dan pedagang baluk dan kepala desa sebagai dana pembinaan ternak. Sementara bunga pinjaman yang digunakan sebesar 10 persen. “Bantuan itu, Rp 70 juta dipinjamkan ke peternakan, Rp 7 juta dipinjamkan kepada Poktan II, untuk usaha simpan pinjam (USP) anggotanya, Rp 7 juta ke pak lurah sebagai pembinaan ternak. Sisanya, dipinjamkan kepada warungan Rp 1 juta dan usaha balukan Rp 500 ribu,” paparnya saat ditemui Banten Ekspose.

Berkait penjualan pupuk dan obat-obat pertanian, lanjut Abdori, pupuk Voska dijual dengan harga Rp 105 ribu, Urea Rp 67 ribu dan Sp3b Rp 85 ribu. Penjualan dilakukan kepada siapa saja yang memperlukannya walaupun itu diluar anggota yang tergabung dalam Gapoktan.

Sayangnya, KCD Pertanian Tunjung Teja Nawawi, saat akan dikonfirmasi berkait dengan keluhan petani (6/5) tidak ada di tempat. Menurut salah seorang staf KCD yang hadir, Nawawi belum datang. Namun sampai menjelang pukul 12.00, kepala KCD belum juga datang.

Sesuai Mekanisme
Menanggapi keluhan para anggota kelompok tani di Desa Panunggulan, BIPP Kabupaten Serang Edi Sudarman, menyatakan proses kucuran bantuan untuk Gapoktan sudah dilakasanakan sesuai dengan mekanisme yang ada. “Program PUAP itu alokasi dananya dari APBN. Pihak Kabupaten hanya fasilitator dan mengajukannya ke pusat, sesuai data ajuan di setiap desa di masing-masing kecamatan,” ujarnya.

Begitupun dengan kelayakan penerima, pihak Kabupaten tidak bisa mengatur, soal alokasi penerima, semuanya keputusan pusat. “Apabila Pusat sudah menentukan, kita tinggal memberikan informasi ke seluruh desa yang mendapatkannya,” lanjut Edi kepada Banten Ekspose.

Menurut Edi, bila ada penyimpangan dibawah, harus dipertanggungjawabkan baik secara kelompok maupun hukum. Karena, pencairan dana langsung dari Pusat ke rekening masing-masing gapoktan.

“Setelah Gapoktan mendapat bantuan, kita tidak tahu apa-apa. Pencairannya pun langsung ke rekening Gapoktan. Setiap acara sosialisasi, kami sering memberikan arahan, uang bantuan harus dikelola dengan para anggotanya, secara baik dan benar. Bila ada unsur penyimpangan di lapangan ataupun untuk kepentingan pribadi, ketua harus mempertanggungjawabkan, di depan kelompoknya maupun secara hukum,” pungkasnya. (Nurhasan/BE)

Read more...

Jumat, 29 Mei 2009

Desa di Kecamatan Cilograng




Yang Satu Butuh Jembatan, Satunya Lagi Sedang Membangun


Perhatian Pemerintah Kabupaten Lebak dibawah kepemimpinan Bupati Mulyadi Jayabaya terhadap sarana infrastruktur dirasakan cukup baik oleh masyarakat Lebak. Pasalnya saat ini baik sarana pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur perlahan sudah mulai membaik.
Seperti yang dirasakan oleh warga Desa Gunung Batu Kecamatan Cilograng, dimana perhatian Pemkab terhadap sarana insprtruktur di Desa tersebut cukup mendapat perhatian yang cukup baik dari Pemkab Lebak.
Jumanta salah seorang warga Gunung Batu mengatakan, kini sudah banyak kemajuan di desanya, hal itu bisa dilihat dengan berbagai pembangunan sarana inspratruktur yang kini sudah bisa dinikmati oleh masyarakat.
"Kalau dulu, jalan desa saja masih berupa tanah, tapi sekarang alhamdullilah jalan-jalan sudah pada dibangun," kata Jumanta bangga.
Namun, lanjutnya, ada sejumlah sarana inspratruktur lain yang kini butuh perhatian Pemerintah yang perlu dibangun yaitu pembangunan jembatan yang terletak di Kampung Citarate yang juga menghubungkan dua desa yaitu Desa Gunung Batu dan Pasir Bungur.
"Kalau jalan memang sudah mulus (hotmik, Red), tetapi pemerintah perlu membangun jembatan, karena jembatan tersebut hingga saat ini tidak bisa dilalui kendaraan roda empat," ujarnya.
Saat dihubungi Kades Gunung Batu Arif Rahman membenarkan jika ada aspirasi warganya yang menginginkan pembangunan Jembatan, pasalnya jembatan yang terletak di Kampung Citarate tersebut tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
"Mudah-mudahan saja dengan program percepatan pembangunan yang sedang digalakan Pemkab Lebak, keinginan dari masyarakat Gunung Batu dan Pasir Bungur yang menginginkan pembangunan jembatan penghubung dua desa ini segera dapat dirasakan. Karena saat ini jembatan Citarate sepanjang 12 meter saat ini tidak bisa dilalui oleh kendaraan beroda empat," tandasnya.
Gotong Royong Bangun Jembatan
Sementara warga desa Gunung Batu minta dibangunkan jembatan, disisi lain warga desa Lebak Tipar justru sedang sibuk ‘gotong royong’ membangun jembatan yang terletak di Kampung Citarate.
Kades Lebak Tipar Iip Sumarna membenarkan jika saat ini warga di desanya sedang gotong royong membangun jembatan Cipacung sepanjang 6 meter yang sebagian dananya bantuan dari Pemkab Lebak.
"Warga sangat antusias membangun jembatan tersebut, karena memang keberadaannya sangat dibutuhkan untuk memperlancar aktivitas warga," katanya.
Menurut Iip, jika tidak dibantu dengan swadaya masyarakat, pembangunan jembatan tersebut sulit terwujud. Pasalnya, jika mengandalkan dana dari Pemerintah cukup minim.
"Untungnya tradisi gotong royong di desa Lebak Tipar masih tinggi, sehingga hal ini cukup membantu bagi setiap bantuan program pembangunan yang turun ke desa kami," ujarnya.
Ditambahkan, setelah pembangunan jembatan selesai warga akan melanjutkan pembangunan jalan lingkungan sepanjang 2 kilo meter.(Yudha/BE)

Read more...

Desa Gunung Wangun Masih ‘Gelap Gulita’

Habis Gelap Terbitlah Terang, rasanya pepatah lama tersebut tidak berlaku bagi warga Desa Gunung Wangun Kecamatan Cibeber, Pasalnya, sejak bangsa ini merdeka kurang lebih 400 kepala keluarga (KK) hingga saat ini masih saja hidup dalam kegelapan alias belum menikmati aliran listrik. Lantas sampai Kapan warga Desa Gunung Wangun dibiarkan hidup dalam kegelapan…?




Ironis memang apa yang dirasakan oleh warga Desa Gunung Wangun Kecamatan Cibeber - Lebak. Pasalnya dari semenjak lahirnya Desa tersebut hingga saat ini belum tersentuh oleh penerangan, padahal listrik merupakan faktor yang sangat penting pengaruhnya terhadap kehidupan serta kemajuan suatu wilayah.


Akibatnya, 400 KK di desa tersebut terkungkung dalam ‘kegelapan’ karena ketiadan aliran listrik. Bukan itu saja, banyak warga yang buta informasi serta anak-anak yang kesulitan belajar karena tidak adanya penerangan.


Seperti yang diceritakan salah seorang warga Iyas, menurutnya, kondisi ini merupakan hal yang biasa, hal ini sudah terjadi semenjak dirinya duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) hingga kini punya anak, tak pernah menikmati penerangan listrik. Sehingga hidup dalam ‘kegelapan’ bagi dirinya dan warga lainnya sudah menjadi bagian dari tradisi.


"Yang saya khawatirkan justru dampak dari tidak adanya listrik tersebut bisa berimbas kepada anak-anak kami yang sekarang tengah mengenyam pendidikan karena mereka tidak bisa konsentrasi dalam melakukan kegiatan belajar dimalam hari," tuturnya sedih.


Untuk penerangan rumah dikala malam lanjutnya, sebagian warga terpaksa menggunakan lampu tempel dari minyak tanah (mitan), sebagian lagi menggunakan diesel. Tetapi repotnya lagi, saat ini untuk mendapatkan mitan cukup sulit ditambah harganya ‘mencekik leher’ alias mahal.


"Memang sebagian warga ada yang menggunakan tenaga diesel untuk penerangan rumah, tetapi yang memakai minyak tanah (Mitan) cukup kelimpungan karena harga mitan cukup mahal dan langka," keluh Iyas seraya menitikan air mata menahan sedih.


Masih kata Iyas, dirinya dan warga yang lainnya kerap menyampaikan keluhan ini kepada Kepala Desa (Kades) agar pihak Desa memohon bantuan listrik kepada Pemerintah.
"Namun, hingga saat ini permohonan itu tak kunjung terealisasi," tukasnya.


Untuk itu Ia dan Warga lainnya, meminta agar Pemerintah segera merealisasikan permohonan warga karena warga sudah sangat membutuhkan.


"Bagaimana hidup kami mau sejahtera listrik saja belum ada, please dong pak kabulkan permintaan kami," pinta Iyas.


Sementara ketika ditemui di ruang kerjanya Kades Gunung Wangun Ukan . membenarkan jika hampir seluruh warga di di desanya sampai saat ini belum mendapatkan penerangan listrik.
"Kurang lebih 400 KK yang tinggal di desa Gunung Wangun belum mendapatkan penerangan listrik. Ironisnya, diantara desa yang ada di Kecamatan Cibeber hanya desa Gunung Wangun yang belum mendapatkan penerangan listrik," katanya kepada Banten Ekspose baru-baru ini.


Menurut Ukan, untuk jaringan sebenarnya sudah ada hanya tinggal pengadaan KWH. Dan pihaknya sudah mengajukan hal ini kepada Pemerintah hanya tinggal menunggu realisasinya.
"Kalau pengajuan sih sudah kita ajukan, tinggal menunggu realisasinya, mudah-mudahan saja tahun ini bisa terealisasi," harap Ukan.(Yudha/BE)

Read more...

Quo Vadis Pasar Tradisional di Banten

Oleh Bambang DS

Setelah berdirinya supermarket lokal HERO, Gelael, pada tahun 70-an, menyusul Kem Chick dan Grasera mulailah geliat pasar modern selalu berkembang. Para pemain pasar modern paham benar tentang karakteristik belanja orang Indonesia yang snobish, yaitu perilaku pembelian irrasional karena dipengaruhi gengsi. Maka pasar modern pertama dengan luas lantai 10.000 m2, Makro berdiri pada awal 1990-an.

Pasar tradisional sejatinya memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang , harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.

Sayangnya walaupun menyandang keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.

Dengan semakin pandainya konsumen menuntut ’nilai lebih’ atas setiap uang yang dibelanjakannya, maka kondisi pasar pasar tradisional yang kumuh, kotor, bau, dengan atmosfir seadanya dalam jam operasional yang relatif terbatas tidak mampu mengakomodasi hal ini. Kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif sama, pasar modern memberikan kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar tradisional.
Hal lain yang memperburuk citra pasar tradisional yang likakukan oleh segelintir oknum pelaku dan pedagang di pasar. Maraknya informasi produk barang yang menggunakan zat kimia berbahaya serta relatif mudah diperoleh di pasar tradisional, praktek penjualan daging oplosan, serta kecurangan-kecurangan lain dalam aktifitas penjualan dan perdagangan telah meruntuhkan kepercayaan konsumen terhadap pasar tradisional.

Kenyataan lain yang tidak dapat dipungkiri, Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan konsumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Kekuatan faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional. Ijikanlah melalui uraikan berikut saya akan mencoba melihat bagaimana mencari jalan keluar agar pasar tradisional dan pasar modern berjalan secara mutualis symbioalis.

Karakteristik

Pasar tradisional merupakan tempat perjumpaan pedagang dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga .

Permasalahan segera timbul tatkala pasar modern sedikit demi sedikit mulai menggerus keberadaan pasar tradisional. Dengan kondisi dan suasana belanja yang lebih bersih, nyaman, serta segala yang diperlukan ada di sana, membuat orang cenderung untuk meninggalkan pasar tradisional. Di sisi lain, makin lama barang - barang yang diperjualbelikan di pasar modern dan pasar tradisional pun hampir mirip. Bahkan harganya pun cenderung bersaing dengan pedagang di pasar tradisional dan bahkan pada beberapa kasus harga di pasar modern jauh lebih murah.

Regulasi

Pertarungan sengit antara pedagang tradisional dengan peritel raksasa merupakan fenomena umum era globalisasi. Jika Pemerintah tak hati-hati, dengan membina keduanya supaya sinergis, Perpres Pasar Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati secara sistematis.

Setelah tertunda 2,5 tahun, Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern (biasa disebut Perpres Pasar Modern), akhirnya ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Desember 2007 lalu.

Enam pokok masalah diatur dalam Perpres yaitu definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan (trading term), kelembagaan pengawas, dan sanksi. Soal zonasi atau tata letak pasar tradisional dan pasar modern (hypermart), menurut Perpres, disusun oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Ini membuat pemerintah pusat terkesan ingin “cuci tangan”, mengingat tata letak justru merupakan persoalan krusial sebab tak pernah konsisten dipatuhi, yang lalu membenturkan keduanya.

Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut data yang diperoleh dari Euromonitor (2004) hypermarket merupakan peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25%), koperasi (14.2%), minimarket / convenience stores (12.5%), independent grocers (8.5%), dan supermarket (3.5%).

Selain mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah dan angka penjualan, peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2.4% pertahun terhadap pasar tradisional. Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukkan bahwa pangsa pasar dari pasar modern meningkat sebesar 11.8% selama lima tahun terakhir. tiga tahun terakhir. Jika pangsa pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24.8% maka pangsa pasar tersebut menjadi 32.4% tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001 – 2006, sebanyak 11.8% konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke pasar modern.

Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.
Metamorfosis

Jika kita melihat fakta bahwa regulasi seperti telah saya sebut diatas hampir-hampir tidak dapat manahan keruntuhan pasar tradisional maka kunci keberlangsungan hidup pasar tradisional adalah bermetamorfosis. Merubah diri dengan tuntutan selera konsumen yang ingin harga murah tetapi nyaman. Jati diri pasar tradisional yang terjalin keakraban antara pedagang dan pembeli harus disinergikan dengan kenyamanan dan kebersihan sebagai atmosfer lingkungan pasar.

Disinilah peran pemerintah daerah sebagai pemicu tersedianya infrastruktur perekonomian pada lingkup kabupaten/kota di Banten amat dinantikan. Desain pasar harus memperhatikan konsep atmosfer modern, bersih, nyaman, dan aman. Citra pasar yang becek, bau dan hal-hal negatif lainnya akan hilang. Disamping itu tersedianya komoditas lokal dari mulai sayuran, buah-buahan perlu didorong oleh pemerintah daerah melalui penyuluh pertanian dan perkebunan. Masyarakat yang memproduksi akan menikmati tingkat harga yang relatif baik dan pembelipun akan memperoleh harga yang murah karena ongkos transportasi rendah. Dengan demikian maka pepatah lama ” kali ilang kedunge, pasar ilang gaunge – sungai semakin dangkal dan pasar (tradisional) menjadi sepi” sedikit terbantahkan. Walau’alam bi sawab. (Penulis: Peneliti Poltek Piksi Input Serang & Penggiat Klinik Produktivitas Provinsi Banten/BE)

Read more...

Banten Akan Bangun Energi Alternatif

Kebutuhan Energi Listrik dialam jagat raya ini, sudah sangat tentu dibutuhkan guna menunjang aktivitas hidup kita, dan energi listrik sudah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang penting hidup manusia guna menunjang setiap aktifitas sehari-hari. Tetapi energi listrik yang ada saat ini, yang masih menggunakan bahan bakar dari fosil bumi (batubara, solar –red), terlalu banyak dampak yang ditimbulkan yang merugikan dan berimbas bagi ketidakstabilan alam lingkungan, baik bagi kelangsungan hidup manusia maupun ketidakstabilan alam itu sendiri.

Sebut saja, polusi udara yang dihasilkan dalam produksi energinya yang ada saat ini, mulai merusak alam kehidupan dibelahan dunia sehingga salah satu penyebab terjadinya global warming. Begitu juga bahan bakar dari bahan-bahan fosil itu, selain semakin tahun semakin mahal harganya yang cukup banyak menyedot anggaran Belanja Negara. Plus! akan terjadi kelangkaan bahan bakar bersumber fosil bumi di tahun-tahun yang akan datang, serta yang lebih parah lagi menjadikan kerusakan alam yang sangat fatal karena akan terjadi kroposnya perut bumi, maka bencana alam yang akan membunuhi semua mahluk di bumi ini termasuk umat manusia.

Guna menjawab tantangan akan kebutuhan sumber energi listrik yang hemat bahan bakar dari bahan fosil dan ramah terhadap lingkungan kita, serta tidak menyebabkan kerusakan bagi alam lingkungan akibat dalam produksi energinya itu, maka pemerintah melalui SK Menteri Pertambangan dan ESDM RI, No.0026.K./30/MEM/2009, tanggal 15 Januari 2009 lalu, telah mengeluarkan dan menetapkan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Potensi Panas Bumi sebagai bentuk kepedulian pemerintah untuk membangun sumber energi listrik alternatif yang ramah lingkungan dan tidak merusak alam serta kehidupan makhluk yang ada dibumi ini. Rencananya, pemerintah pusat yang bekerjasama dengan Pertamina setelah melakukan beberapakali survei maka akan membangun Sumber Tenaga Listrik alternatif Panas Bumi di wilayah Provinsi Banten, tepatnya kawasan Rawadano, Gunungkarang, Gunung Pulosari sebagai wilayah kerja dalam Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi yang diperkirakan akan menghasilkan puluhan ribu megawatt tenaga listrik.

Menurut Kepala Bidang Pertambangan dan Geologi di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten, Ir.Eko Palmadi,M.Si, energi listrik panas bumi ini adalah salah satu energi alternatif yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan aktifitas masyarakat didunia saat ini, khususnnya di Indonesia. Karena, selain ramah lingkungan dan tidak merusak alam, juga tidak memakai bahan bakar yang berasal dari fosil yang terkandung diperut bumi yang menyebabkan kroposnya perut bumi. “Tetapi energi ini hanya mengambil sumber panas bumi yang sudah terproses secara alami dari gunung-gunung yang ada. Agar produksinya itu tetap menghasilkan sumber energi listrik, maka alam itu (Hutan –red) harus selalu dijaga agar tidak rusak. Karena, kalau alam rusak maka sumber itu akan sia-sia dan otomatis mesin penggerak atau turbinnya itu tidak dapat memproduksi energi listriknya lagi,” jelas Eko di ruang kerjanya pada Banten Ekspose.

Jadi kata Eko, energi listrik panas bumi ini adalah sebuah terobosan terbarukan bagi pemerintah dalam menjawab tantangan di era saat ini. “Dan diwilayah banten ini, energi panas buminya sangat potensial untuk diberdayakan menjadi sumber tenaga listrik alternatif yang dapat menghasilkan ribuan megawatt tenaga listrik,” katanya.

Menurut Eko, penyelidikan panas bumi yang ada diwilayah Banten sudah dimulai sejak tahun 1974 yang dilakukan oleh Direktorat Geologi Departemen Pertambangan Pusat,dan kemudian dilanjutkan oleh Pertamina pada tahun 1975, yaitu dalam tahapan penyelidikan secara geologi, geokimia dan geofisika atau gaya berat dan geolistriknya.”Dari kompilasi hasil survei memperlihatkan, bahwa panas bumi di rawadano berada didaerah sekitar danau kaldera, yaitu di sebelah utara kerucut muda gunung karang, gunung parakasak dan gunung aseupan yang terbentuk berupa kelompok mata air panas yang tersebar di sekeliling danau kaldera itu,” jelasnya.

Lanjut Eko, berdasarkan hasil survei geokimia, bahwa sistem reservoir panas bumi di daerah banten, diperkirakan tepat berada disebelah utara gunung karang yaitu sebelah dalam depresi danau kaldera tersebut. Karena, pada lapisan batuan sedimennya mempunyai sifat permeabilitas tinggi sehingga dapat menyimpan fluida geothermal. ”Nah energi listrik panas bumi ini, tidak memanfaatkan bahan bakar dari fosil yang digali dari perut bumi. Tetapi panas bumi yang telah terproses secara alami itulah yang akan kita manfaatkan uap panasnya itu untuk mendorong mesin turbin yang dapat menghasilkan sumber energi listrik panas bumi, sehingga dalam pembangunanya itu alam sebagai penyimpan sumber panas bumi harus tetap terjaga agar jangan sampai rusak,” tuturnya.

Menurut data dan informasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, tataguna lahan daerah Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) guna pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi ini diperkirakan akan menggunakan lahan untuk hutan lindung sekitar 2.290 Ha, hutan produksi seluas 940 Ha, hutan produksi terbatas 6.850 Ha, dan areal penggunaan lain seluas 30.990 Ha. ”Dan saat ini beberapa perusahaan berskala besar dari beberapa negara luar, seperti Inggris, Filipina dan selandia baru akan mengikuti tender itu guna pembangunan proyek listrik panas bumi tersebut, karena mereka sudah cukup canggih dalam teknologinya,” ujarnya.
Hal ini juga dikatakan oleh Kasi Migas Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten Tata Henda, ST, bahwa keberadaan energi listrik dari panas bumi ini sangat dibutuhkan saat ini.

”Karena cara kerja dalam produksinya itu sangat ramah lingkungan. Kalau bisa dikatakan adalah harus menjaga alam hutan itu sendiri, sehingga bisa memproduksi energi listriknya itu,” terangnya.

Kata Tata, energi listrik yang akan diproses itu adalah yang diambil uap panas bumi yang sudah ada secara alami. ”Dan dalam proses pembentukan energinya itu, seperti siklus, mengambil panasnya dan dikeluarkan kembali menjadi uap. Dan uap itu akan memuai ke udara yang akan menjadi endapan air hujan yang kembali akan diserap oleh tanah, seperti itulah cara kerjanya, makanya alam tidak boleh dirusak, kalau rusak alam hutannya, maka akan sia-sia proyek itu,” katanya. (Mulyadi/BE)

Read more...

Kantor Walikota Telan 7,7 Miliar

Teka-teki lokasi Pusat Pemerintahan Kota Serang, kini terjawab sudah. Di atas luas lahan 2 hektar, dikawasan Perumahan Highland Park (Kota Serang Baru), Kelurahan Banjar Agung, Cipocok Jaya, minggu kemarin (13/5) dimulai peletakan batu pertama. Diketahui, dana tersebut berasal dari dana alokasi khusus (DAK) Rp 7,7 miliar dan 10 persen dana pendamping dari APBD Kota Serang 2009

Pada kesempatam tersebut, Walikota Serang Bunyamin menegaskan, pembangunan gedung yang terdiri atas 3 lantai yang masing-masing lantainya seluas 800 meter persegi itu harus berkualitas. Karena pembangunan gedung ini proyek pertama Pemkot, maka pembangunan itu akan menjadi imej bagi Pemkot dan menjadi sorotan publik.

Ia mengingatkan kepada para kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), terutama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) untuk menata lingkungan sekitar agar seimbang.
Acara yang dimulai pukul 09.00 itu dihadiri kepala SKPD, unsur Muspida, Direksi PT Tidar Sejahtera, perwakilan PT Pudjipapan Kreasindo selaku pemilik lahan, serta warga sekitar. Sementara Wakil Walikota Serang Tb Haerul Jaman tidak hadir.

Direktur PT Tidar Sejahtera Taqwin Ali Mukhtar berjanji akan melibatkan warga sekitar sesuai kemampuan dan kebutuhan. “Saya tak ingin memaksakan. Kalau memang hanya bisa mengaduk semen, kami akan berdayakan untuk itu,” urainya.

Dikatakan, pembangunan akan melibatkan 100 pekerja selama 180 hari kerja. Apabila terkendala cuaca, misalnya, paling lama pembangunan mundur satu bulan atau paling cepat 2 minggu.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Serang Nana Suryana mengatakan, lahan parkir dan pemagaran akan dianggarkan pada APBD Perubahan Kota Serang sebesar Rp 1 miliar. Pusat perkantoran ini untuk kantor walikota, wakil walikota, asisten daerah (asda) beserta kepala bagiannya, dan sekretariat daerah.

“Pusat perkantoran ini minus SKPD. Kantor bagi para SKPD akan menyusul,” ujar Nana.
Dikatakan, disekeliling lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos fasum) milik KSB itu terdapat beberapa pemakaman warga.

“Tapi jumlahnya tak banyak. Di satu titik, misalnya, hanya sekitar satu atau dua makam. Tetapi nanti akan kita pindahkan ke pemakaman umum. Camat dan warga sekitar juga telah setuju,” ungkapnya. (la manna/BE)

Read more...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP